progreskaltim.id Bukan perkara mudah menangani Stunting di Mahulu. Kabupaten paling muda di Provinsi Kalimantan Timur ini harus berinovasi mengurangi angka prevalensi stunting di daerahnya. Kolaborasi dan sinergi adalah kunci.
Sebagai informasi, di tahun 2017 prevalensi Stunting di Kabupaten Mahakam Ulu mencapai 30,4 persen. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) prevalensi ini tergolong tinggi. Lebih rendah sedikit dengan prevalensi stunting Provinsi Kaltim di periode sama sebesar 30,6 persen.
Mengingat, WHO telah membagi kategori prevalensi stunting menjadi 4 kategori. Status rendah dengan skor 20 persen ke bawah, medium, skor 20-29 persen, status tinggi 30-39 persen dan status sangat tinggi dengan skor 40 persen ke atas.
Melihat kondisi tersebut, Pemkab Mahulu kala itu bergegas mengurangi angka. Salah satu caranya dengan advokasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dan Penanganan Stunting. Program ini dipadukan dengan dana desa yang fokus pada penanganan pola asuh, pola makan dan sanitasi.
Singkat cerita, intervensi kebijakan itu melibatkan peran orang tua mencukupi kebutuhan gizi bayi sejak dalam kandungan hingga usia 59 bulan. Pemberian ASI eksklusif, tambahan gizi ibu dan anak hingga perbaikan sanitasi.
Berjalan lima tahun, intervensi kebijakan penurunan stunting itu menunjukkan hasil signifikan. Prevalensi stunting di Mahulu turun drastis. Dari, 20,30% di tahun 2021 menjadi 14,8% di tahun 2022.
Di tahun 2023 ini, angka prevalensi stunting di Kabupaten Mahakam Ulu diyakini turun. Masih menunggu hasil survei SSGI Kemenkes.
Meski diyakini turun, Wakil Bupati sekaligus Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Mahulu, Yohanes Avun meminta jajarannya tidak berpuas hati apalagi lalai.
Ia tetap menekankan, kolaborasi dan sinergi pemerintah pusat, daerah, organisasi perangkat dinas, hingga masyarakat terus digalakkan. Intervensi pencegahan dan penurunan stunting harus terkoordinasi dan kolaboratif.
“Dalam hal ini, peran aktif dari Perangkat daerah dan masyarakat adalah kunci keberhasilan,” kata Wabup ketika membuka Rembuk Stunting Kabupaten Mahakam Ulu Tahun 2024, di Lamin Adat Kampung Ujoh Bilang, Senin, 18 Maret 2024.
Hal ini bagi Avun menjadi penting. Sebab, stunting merupakan masalah serius yang tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan fisik anak-anak. Tetapi juga memiliki dampak jangka panjang terhadap perkembangan kognitif dan sosial mereka.
Karena itu, ia kembali menegaskan gerakan program intervensi langsung berupa kegiatan di masing-masing wilayah harus ditingkatkan. Dengan cara ini, ia optimistis target penurunan stunting di Mahulu bisa ditekan di bawah 14 persen di tahun 2024 ini.
“Pesan dan harapan saya Kabupaten Mahulu kalau bisa zero stunting, tidak ada lagi anak-anak yang menderita stunting,” harap Wabup.
Sebagai informasi, zero stunting, artinya, tidak ada penambahan angka stunting baru di Mahulu.(adv/prokopimmahulu)

Discussion about this post